Rabu, 03 Februari 2010

Mensyukuri Potensi Diri Yuuk ...

Kawanku, saya ingin berbagi cerita tentang seekor kijang dan tanduknya. Cerita ini saya peroleh dari salah satu seorang Ustadzah saya, sewaktu masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Disana dikisahkan sang kijang begitu mengagumi kecantikan dan keindahan tanduknya. Dia selalu tersenyum setiap kali melihat bayangan tanduknya diatas air terjun. Lain halnya, ketika kijang itu memandangi kakinya, ia mengeluh, kesal akan kakinya yang jelek dan dekil, tepatnya ia merasa kecewa. Tapi pada suatu hari, kijang itu berada dalam keadaan bahaya, Ia berlari sekencang-kencangnya agar tidak diterkam oleh Harimau hutan yang mengejarnya. Tapi alangkah malangnya, disaat bahaya menyerang, tanduk kijang itu malah tersangkut di sela-dela pohon. Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan diri dari pohon itu, tapi yang ada hanya rasa sakit dan kekhawatiran tanduk indahnya akan patah.

Tapi Allah memang sungguh Maha Pengasih, disaat Harimau hampir menerkamnya, tiba-tiba saja sang kijang menghentakkan kakinya ke batang pohon, Pushh …!!! Hasilnya sungguh luar biasa, Ia terlepas dari bahaya tanpa harus kehilangan tanduk indahnya.
Pada akhirnya Ia pun menyadari, kalau segala sesuatu yang telah tercipta di dunia ini pasti memiliki fungsi dan perannya masing-masing.

“… Ya Tuhan kami, tidaklah
engkau menciptakan semua ini sia-sia.”
(Ali-Imran: 19)

Sekarang kawanku, ingat-ingat kembali seberapa sering kita memandang kecil kemampuan dan bakat yang telah Allah SWT anugerahkan. Seberapa banyak kita tanamkan rasa kecewa akan kehidupan yang sedang kita jalani saat ini.

Hitung berapa jumlah dalam seharinya, rongga di wajah kita mengeluarkan kata-kata kekecewaan. Kalikan umurmu yang sekarang. Kalikan tiga puluh untuk hitungan hari-hari yang kita jalani, yang apabila kita sadari hidup ini indah adanya. Kalikan lagi dua belas untuk bulan-bulan yang telah kita lalui. Kalikan dua puluh empat, untuk waktu yang terus berdetak. Kalikan emam puluh, untuk menit-menit yang kita pingit sendiri untuk “memanjakan” kekecewaan dalam tiap nada detaknya. Kalikan enam puluh lagi untuk detik, yang sepanjang bunyinya, kita abaikan dalam kehampaan. Sekarang berapa saldo kekecewaan dalam tabungan waktumu? Kalikan lagi dengan emam puluh. Itulah angka milisecon yang tertera dalam tabungan waktu yang kau biarkan berlalu begitu saja. Lebih fantantis sekali jika angka-angka itu ditarik menjadi skala nano.

Kawanku, jangan pernah memaksakan diri untuk menjadi serupa dengan orang lain. Karena kita diciptakan dengan penuh keunikan tersendiri. Mulai sekarang syukurilah atas segala nikmat, anugerah, dan potensi yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita. terimalah diri ini dengan penuh keikhlasan, sebab bagaimana orang lain akan menerima diri kita, sedangkan kita sendiri enggan menerima menerimanya.

_____________________________________________
“Siapa pun Anda, Anda adalah mahluk dengan tingakat kesempurnaan paling utama beserta segala potensi hidup yang telah Tuhan ciptakan dengan kemaha kuasaan-Nya. Anda adalah buah kebijaksanaan dalam segala rencananya.
(JackTrout, Differentiatie or Die)
--------------------------------------------------------------------

Selasa, 02 Februari 2010

Hanya Untuk Pemimpin

Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mngerjakan kebajikan serta menasihati untuk kebenaran dan menasehati untuk kesabaran
(Al-‘Ashr: 1-3)

Kali ini saya akan kembali berbagi setetes ilmu, tentang filosofi kepemimpinan.
Berawal dari tiga gelas, yang diceritakan di kelas.


Gelas yang pertama, berisi air penuh dan ditutup. Filosofi air putih yang tergenang dan tertutup rapat. Apabila kita menyiramkan air ke atasnya apa yang akan terjadi? Air yang kita tuangkan akan tumpah ke lantai, sia-sia saja. Hal ini melambangkan seorang pemimpin yang tidak mau menerima masukkan dari orang lain, Dia selalu berusaha mengisolasi gagasan-gagasan yang diusulkan oleh orang lain. Bahayanya pemimpin tipe ini adalah secara perlahan dia membuat mati organisasinya dari kreativitas. Dan membuat pribadinya tidak bisa berkembang dengan baik, karena segala ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuannya,hanya digunakan untuk melindungi dirinya sendiri. Egois, tidak mau berbagi dan tidak mau menerima saran dari orang lain.


Gelas yang kedua berisi air penuh tapi tidak tertutup. Cobalah kita lakukan praktenya sendiri. Kita tuangkan air kedalam gelas tersebut, dan amatilah apa yang terjadi. Air itu akan masuk kedalam gelas, tapi akan ada air dari gelas itu akan keluar dari gelas itu. Filosofi seseorang pemimpin yang mau menerima saran dari orang lain, tapi tidak pernah mau menaplikasinnya dalam kehidupan organisasinya. Sekedar menampung … menampung, dan menampung. Tapi nol dalam aksi tinak lanjutnya. Cuma OM-DO (Omong Doang).


Gelas yang ketiga. Berisis air penuh, lalu diminum oleh yang mengisinya terlebih dahulu sebelum kembali diletakan diatas meja. Nah sekarang cobalah kau tuangkan kembali air itu kedalam gelas itu. Apa yang akan terjadi. Inilah filosofi seorang pemimpin yang dengan senang hati menerima saran dan kritikan dari orang lain. Selalu haus akan ilmu dan tak sekedar menerima, tapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan. Dengan kita minum, air itu akan lebih bermanfaat dan ketika kita hendak diisi dengan air yang baru pun, air itu tidak akan pernah tumpah. Selalu bersamu dengan air-air ilmu yang lama, lalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Sekarang tipe gelas mana yang akan kau pilih. Jangan berusaha bersikap acuh, itu hanya untuk pemimpin, eits jangan salah kita semua adalah seorang pemimpin. Khususnya pemimpin bagi diri sendiri.

Selamat Berjuang untuk menjadi pemimpin yang dirindukan, baik pemimpin diri sendiri ataupun memimpin Negeri.

Bersyukurlah Jika Dalam Hidupmu Ada Air Mata

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Airmata adalah nikmat yang sering kali kita asingkan. Padahal, ia mampu mengungkapkan kata, yang tak sanggup dijabarkan lewat rongga wajah. Ia mampu menerjemahkan rasa yang tak bisa diperlihatkan palung hati. Ia juga mahir menjadi duta kita, ketika kita malu mengungkapkan keinginan kita, kepada Allah SWT. Dialah sahabat yang Allah hadiahkan sebagai keistimewaan dalam khusunya jejak do’a-do’a kita.

Airmata bukanlah simbol penderitaan. Ada padanya kebahagian yang tak terbendung. Ada padanya sumber perasaan hati nurani. Ada padannya pusat ketegaran.
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Sahabatku, jangan hentikan langkahmu karena takut akan kegagalan. Tapi takutlah jika kita menjadi orang yang berjalan ditempat, tertinggal, dan merugi. Jangan pernah takut akan kematian akibat penyakit yang kita derita, karena bukan berapa lama kita hidup, tapi hal apa yang telah kita perbuat dalam hidup. Jangan pernah mengeluh akan alur kehidupan yang penuh dengan potret duka lara, tapi takutlah jika dalam hidupmu hampa karena tak ada pergantian tawa dan air mata.

"… dan Dia (Allah) menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya." (QS. 25: 2).

Masih begitu hangat dalam file ingatanku, saat Aku mengalami sakit yang cukup parah. Sepanjang malam aku menangis untuk menahan sakitnya efek obat yang diberikan oleh Dokter. Lalu Ibu mendekatkan wajahnya kepipiku, dan berbisik manisInilah kehidupan yang terbaik, kadang suka dan kadang duka. Allah yang maha bijaksana, punya cara yang unik agar setiap hamba-Nya bisa selalu merasa dekat dengan-Nya.” SubhannallahAkupun berhenti menangis, meskicubitanobat itu rasanya semakinmenggigitkulit dan membuatku mual. Sejak itu, aku mulai mengerti tentang suatu hal, mengapa Allah menciptakan segala sesuatu didunia ini berpasang-pasangan. Duka dan suka, manis dan pahit, hitam dan putih, berhasil dan gagal, jatuh dan bangun. Itulah warna-warni kehidupan yang membuat indah semesta ini. Bukankah pelangi yang indah akan tercipta jika ada rintik hujan dan terik matahari. Bila kau menginginkan kesuksesan, berarti kau pun harus siap untuk berhadapan dengan kegagalan. Jika kau hanya menginginkan melihat indahnya matahari pagi tanpa mau melewati sunyi dan gelapnya malam, mungkinkah? Embuh … !1)

Tapi ingat kawan, merasakan kegagalan, menuai kesedihan, dan meneteskan air mata kedukaan, bukanlah suatu pengorbanan yang harus kita berikan ataupun mesti kita rasakan untuk mendapatkan kebahagian dan kesuksesan. Karena tidak ada kata pengorbanan dalam pencapaian kebahagiaan, melainkan hanya ada keikhlasan untuk bisa menjalaninya. Tanpa kau pernah mengalami kegagalan, kau takan pernah mengevaluasi tiap langkahmu, untuk bisa melakukan yang lebih baik lagi. Teguran kecil dari Allah adalah kasih sayangnya yang terbaik. Ibaratnya seperti ini, jika ada orang yang mengatakan padamu. “Wuiiihkau tampak keren memakai baju ini, modelnya juga lucu, beli dimana?” Apa yang akan kita lakukan, saya yakin kita tidak akan buru-buru datang ke kamar mandi untuk bercermin dan tergesa-gesa merapihkan penampilan kita. Dan kalupun kita berlama-lama didepan cermin, kita tidak akan sempat untuk memikirkan, masihkah ada yang salah dengan diri kita?. Yang ada kita hanya akan terus senyum dengan perasaan bahagia, sembari mengingat-ngingat pujian dari sahabat kita tadi. Tapi lain halnya jika ada yang mengatakan kepada kita, “Iiihkok bajunya kotor sekali, nggak rapih pula.” Apa yang kita rasakan, mungkin saat itu merasa malu, tersinggung dan kemungkinan dalam hati kita marah sama sahabat kita, dan menganggapnya keterlaluan. Tapi apa yang kau lakukan setelah itu. Kita pasti akan terburu-buru datang ke kamar mandi dan sesegera mungkin untuk merapihkan penampilan kita. Dan dihari-hari berikutnya sebelum kita benar-benar pergi keluar, kita akan lebih teliti dalam berpakaian dan selalu mengatakan, masihkah ada yang salah dengan penampilanku. Dan dihari-hari berikutnya, kita pun akan selalu ingat dengan kejadian itu, untuk dijadikan pembelajaran yang berarti dalam hidup kita. Begitupun dengan kerikil-kerikil kecil yang Allah lemparkan kearah kita, merupakan salah satu cara-Nya tersendiri agar setiap hamba-Nya bisa selalu merasa dekat dengan-Nya.

Jadi bersyukurlah jika dalam menjalani kehidupan ini kita meneteskan air mata. Itu berarti kanvas putih yang Allah titipkan kepada kita, telah kita gambar dengan penuh warna. Telah kita isi dengan ragam warna-warni nikmat-nikmat-Nya, yang kemungkinan tidak semua orang bisa merasakan-Nya. Sewaktu Dosen Bahasa Inggris ku mengadakan nonton bareng di kelas, tentang film “Tuck Everlasting” tahukah kawan, hal apa yang sesungguhnya ditakutkan oleh keluarga Tuck dalam film tersebut? Kehampaan hidup. Kawanku, pertanyaannya bukan kenapa Allah meberikan cobaan ini. Tapi lebih tepatnya, apa hikmah dibalik cobaan yang Allah berikan dan tugas seorang manusia itu ialah mencari hikmah yang terkandung dari semua cobaan yang telah Allah berikan. Itulah sikap manusia sejati.

Jadi mulai sekarang kenapa kita musti takut dengan kedukaan dan air mata. Padahal Allah SWT sudah menjamin, bahwa disetiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dan ingat selalu, sesungguhnya Allah senantiasa bersama kita.



Hidup adalah mencari arti akan jati diri. Bilakah ia tak selaras dengan mimpi, maka biarlah ku berdiri, bukan berhenti. Karena hidup sendiri tak kenal kompromi. Hidup ibarat kaca, kadang rapuh dan kadang angkuh. Bilapun ia pecah berserakan itu bukanlah akhir dari keindahan. Karena masih ada harapan, dalam perjalanan panjang kehidupan akan ada yang menyusunnya
kembali utuh.” (Sebuah pesan singkat dilayar kaca, 085681XXXX)


Jika rasa kecewa, alihkan pandanganmu ke arah SUNGAI, airnya tetap mengalir walaupun berjuta batu yang menghalanginya. Dan jika rasa sedih, alihkan pandanganmu ke arah LANGIT, sadarlah dan senantiasa ingatlah bahwa Allah senantiasa bersamamu.”
(Terimakasih untuk sahabatku, 085224895618)
1) Tidak Tahu

Senin, 01 Februari 2010

5 Menit

Masih teringat sewaktu saya masih duduk di semester pertama tingkat 1 di Politeknik Negeri Bandung. Sungguh sangat malu karena salah satu yang masih harus saya sempurnakan adalah kemampuan untuk tepat dalam berhitung. Saya tidak memiliki keberanian ketika harus maju kedepan kelas untuk mengerjakan soal, malu ditertawakan oleh kawan-kawan.


Tetapi, Alhamdulillah sikap saya yang seperti itu tidak berlangsung berlarut-larut, karena salah seorang Dosen saya, Beliau mengatakan "Lebih baik kita ditertawakan selama 5 menit daripada selamanya kita tidak akan pernah bisa."


Kemudian dihari berikutnya, saya pun memberanikan diri untuk maju kedepan. Menyelesaikan soal demi soal yang diberikan Dosen tanpa perasaat takut lagi. Dalam hati saya berucap "Ya Rabb... Hamba yakin akan potensi yang telah kau amanahkan kepadaku, potensi yang menjadi pembeda antara satu dengan yang lainnya."


Yuuk ... Kawan, Mulai sekarang yakinlah dengan segala potensi yang ada dalam dirimu, yang jika kita syukuri ternyata begitu banyak berlian yang belum tergalih.


Maju Terus Sang Pejuang

Perjuangan Tak akan Pernah Usai