Rabu, 18 Mei 2011

Melukis Mimpi

Assalamu’alaikum. Dalam Islam mengucapkan salam adalah bentuk kasih sayang sepanjang masa. Ayo mulai sekarang kita budayakan salam.

Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok dan kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin

(Hasan Al-Bana)

Seluruh orang di dunia ini pasti punya impian. Tapi hanya segelintir orang yang mau membangunkan impiannya dari “tempat tidur” khayalan kosong, ketidak beranian serta kemalasan. Lalu menanamnya dalam tanah “Action”. Menyiramnya dengan doa yang penuh keyakinan dan memupuknya dengan rasa percaya diri dan optimis, WOW AKU BISA!.

Kawanku, apa impian Terbesarmu? Mimpi bagi seorang muslim adalah thumahat (obsesi-obsesi besar) “Mimpikan mimpi yang menjulang dan jadilah seperti yang kau impikan. Jangan dengar ledekan orang.” Itulah rangkaian motivasi dari James Allen.

Tentu kita masih ingat kisah Nabi Nuh AS. Beliau diledek habis-habisan oleh kaumnya, karena Beliau membuat perahu, padahal di daerahnya tidak ada laut. Begitupun dengan saya dan Anda, jangan takut untuk punya impian besar. Impian haruslah sesuatu yang lebih besar dari kita. Penyair Arab mengatakan “Ketinggian cita-cita itu merupakan cerminan iman. Visi yang kamu miliki adalah janji seperti apa kau suatu hari nanti, cita-cita yang kau miliki adalah ramalan yang aka kau ungkapkan pada akhirnya.”

Impian. Gabungan enam huruf yang kadang diidentikan dengan khayalan-khayalan kosong belaka, tapi sebagai seorang muslim selalu sugestikan yang positif bahwa “bermimpi” tak selamanya seperti membangun istana dari awan, yang setiap detik selalu bubar dari gumpalannya. Tentunya kamu masih ingat satu peristiwa yang terjadi saat perang Ahzab. Saat itu kaum Muslimin tengah menghadapi musuh yang lebih banyak. Rasa lelah seakan membelenggu, tenaga pun terkuras, namun Rasulallah SWA memberi semangat bahwa kelak suatu saat nanti kau Muslimin akan menguasai dunia dengan dibukanya pintu Syam, Persia dan terakhir Maghrib (barat). Syam dan Persia telah terwujud, hal ini membuktikan dengan kuatnya impian Rasulallah, akahirnya kaum Muslimin mampu menguasai Syam dan Persia. Tinggal satu lagi, Maghrib. Ada ahli Hadist yang berpendapat bahwa Maghrib adalah Eropa, Wallahua’lam bii Showab.

Nah sekarang, sudah punya semangat untuk merajut impianmu? Kalau sudah, sekarang tinggal mewujudkannya. Karana Allah SWT berfirman “Allah tidak akan merubah nasib sutu kaum sehingga mereka merubah nasib mereka sendiri (Q.s Ar-Ra’ad : 11)”

Di dunia ini tidak ada resep yang paling jitu untuk mewujudkan impian kita, melainkan diri kita sendiri yang menjadi masinis, membawa gerbong impianmu ke “Stasiun impian” dan tentunya ada campur tangan Allah SWT pemilik semesta alam.

Tapi sebagai saudara sesama muslim saya hanya berusaha membantu memberikan sedikit gambaran perjalanan untuk menuju Stasiun Impianmu.

* Tuliskan semua impianmu secara spesifik serta cara-cara apa saja yang akan kamu lakukan untuk mewujudkan hal tersebut. Jangan sampai kamu baru bangun sepuluh tahun dari sekarang dan baru sadar, bukan hidup seperti ini yang kamu jalani. Jangan pernah “memvonis” akan impianmu sendiri, jangan pernah berfikir “apakah impianku ini buruk atau susah diwujudkan.” Tulislah impianmu seperti kau menuliskan pernyataan visi pribadimu. Memiliki impian atau visi pribadi dapat membantumu melewati berbagai kondisi sulit karena merasa yakin pengorbanan itu pantas untuk dilakukan.

* Laksanakan !!!. Banyak sekali orang yang berfikir dengan mimpi yang tinggi secara brilliant. Tapi hanya sedikit orang yang berani menjadikan sebagai tindakan, mengeksekusi sesuatu yang ada didiri mereka dengan keberanian. Lakukan langkah yang telah kamu tuliskan untuk mencapai impinmu itu. Sugestikan pada diri sendiri yakin aku bisa.

* Evaluasi. Kaji secara berkala apakah kiat-kiat yang kamu tuliskan memberi perkembangan yang sesuai dengan yang diharapkan, jika masih gagal, mungkin cara itu masih belum pas untuk digunakan. Coba lagi dan lagii. Seorang raja bijak yang memerintah pada masa Ashabul Kahfi mengatakan “Tidak ada yang mustahil bagi yang berani mencoba.” Bahkan Imam Ali Bin Abi Tholib R.A. mengatakan “Musibah terbesar adalah keputusasaan.” Belajar dari Thomas Alfa Edison, setelah mengalami 999 kali kegagalan, akhirnya Beliau dapat menuai manisnya kesuksesan dari impiannya yang dulu dianggap sebagai impian “Gila.” Sebuah puncak kesuksesakan yang tersusun dari 999 tangga kegagalan.

Kalau saja Thomas Alfa Edison berhenti pada percobaan yang ke 998 atau 999 mungkin nama beliau tidak akan pernah terkenang sampai saat ni. Kita mungkin akan kecewa jika gagal, tapi kita telah gagal bila tidak mencoba (Baverly Sills). Jangan bersedih, sesungguhnya Allah senantiasa bersama kita.

Jika kita telah berhasil, maka jangan hanya cukup puas sampai disitu. Bukankah Rasulallah SAW bersabda “Barang Siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk orang-orang yang beruntung.” Suksesnya sebuah impian merupakan sebuah proses perjalanan yang dapat diteruskan dan ditingkatkan. Sebab yang Allah SWT nilai bukanlah hasil yang dapat kita buat, melainkan usaha untuk meraih apa yang kita cita-citakan itu. Berdoalah saudaraku, sebab doa merupkan senjata bagi orang muslim. “Berdoalah kamu sekalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya. (Q.s Al-Mu’Min:60). Semoga apa yang kita “impikan” adalah sesuatu yang dapat menjadikan diri kita lebih baik dari hari-hari sebelumnya dan yang pasti diridhoi oleh Allah SWT. Semoga bermanfaat dan tingkatkan terus kesuksesan Impianmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar